Selasa, 30 Juni 2015

Barisan Arek Rantau Jakarta ( BARAJA )


Siapa yang tidak kenal istilah " ibu kota lebih kejam dari ibu tiri " . Kota besar yang kompleks dari berbagai suku mewarnai di dalamnya. Jakarta begitu keras melayani perantau yang mendatanginya. Meleng dikit, tas , Hp , Helm jadi ilang, begitu keras dan ganasnya ibu kota . Begitu pula  kepenatan di alami warga desa kembangan , merantau di kota yang memiliki icon Monumen Nasional ( Monas ) yang menjulang tinggi , patung selamat datang di bundaran HI dan temannya patung pancoran.

Untuk mengisi kepenatan bekerja, anak rantau warga desa kembangan yang pekerjaannya ( Dagang ), menghadapi konsumen yang kompleks, sehingga mereka setiap hari minggu ngumpul di Monas .  Awalnya mereka hanya berenam (6) yaitu : Rozikin, Hadi , Ferdi Sutomo , Jarwo , Rodly , dan bocah monco arek parengan. Dimonas mereka isi kegiatan dengan bermain bola . Lambat laun mereka ( Anak - anak perantauan  jakarta) satu persatu mendengar adanya kumpul - kumpul di monas (bermain bola) , akhirnya ikut ngumpul dan merasakan keasikan bersama. Sumber tidak tahu kapan tepatnya menjadi tim bola tetapi di akui secara de facto terbentuklah tim bola saat itu.

Gambar pinjem Paman Google
Memang waktu itu Liga Kepala Desa Cup (LKDC) belum di selenggarakan, tetapi walau tanpa adanya peraturan yang di buat secara khusus, anak - anak rantau jakarta seperti di wajibkan ngumpul di Monas untuk sekedar hilangkan penat dan sebagai rutinitas menyalurkan hobinya bermain bola. Kompak guyup terbina disana tetapi saat itu belum juga di bentuk kepengurusan dan juga Nama Club.

Dari Kota Jakarta Bloking berpindah ke kampung halaman setting ada di Warung kopi mbak sri / kolik. Berawal dari obrolan sehat dari Bapak Arji , dan Bapak Sumardji perwakilan dari bandung, Bapak H. Ridwan dan Bapak Idris Perwakilan dari jakarta. Mereka berbincang ringan berdiskusi ingin mengadakan pertandingan sepak bola antara " Rantau Bandung "  dan  " Rantau Jakarta" .

Mendengar akan di adakannya pertandingan tersebut , " Rantau Jogja " ,  " Rantau Jatim " dan juga " Arek Karang Taruna " tidak mau ketinggalan, mereka juga ingin ikut berpartisipasi. Dan singkat cerita Pihak karang taruna sebagai tuan rumah memutuskan membuat kompetisi untuk menjadi wadah pertandingan antar rantau tersebut. Mungkin juga itu bisa di sebut sebagai awal dari lahirnya tim rantau jakarta , dan sekaligus menjadi awal dari Liga Kepala Desa Cup (LKDC) Pada tahun 2001.

Untuk berpartisipasi  di kompetisi, Bapak H. Ridwan harus mengumpulkan dan mengakomodir para pemain yang di ambil dari luasnya kota jakarta untuk di jadikan sebagai satu tim.

Waktu itu rantau jakarta belum menggunakan nama Barisan Arek Rantau Jakarta (BARAJA) tetapi masih menggunakan nama dadakan Jakarta FC.  Dan setelah kompetisi berakhir , kompetisi yang di menangkan oleh tim Jatim FC saat itu. Para rantau jakarta ngumpul - ngumpul lagi di Monas , Kumpul - kumpul yang menghasilkan terbentuknya kepengurusan. H. Ridwan mengajukan diri sebagai Ketua Pengurus dan dibantu Mad Muin , Ibadi serta Arip. Untuk kordinator pemain di pegang saudara Rozikin ( Kentood) dan Hadi wilayah jakarta pusat , Agus Simon Jakarta Selatan , Su' udi Jakarta Timur.

Kembali ke nama kebanggaan rantau jakarta, berkali - kali mengalami perubahan nama, dari Jakarta FC, berubah menjadi Persatuan Arek Rantau Jakarta (PARJ), Namun tidak lama nama PARJ kembali diganti. Kata cak ibadi " Namanya kurang luwes ", akhirnya saudara Rozikin mempunyai usul nama PARJ di konvert menjadi BARAJA , tanpa perdebatan dan proses yang panjang semua anggota tim menyetujuinya.

Berharap menjadi tim terkuat, BARAJA berlatih keras di setiap latihannya. Tempat latihan biasa di lakukan di monas, namun karena kerasnya jakarta, peraturan daerah juga di rasa terlalu keras oleh anak - anak BARAJA , bagaimana tidak saat itu larangan bermain bola di kawasan monas oleh Gubernur (Sutiyoso) menjadi ganjalan hebat latihan anak - anak berkostum oren itu. Para pengurus memutar otak dan memerasnya dan akhirnya mendapatkan media latihan kembali saat itu latihan diputuskan dipindah ke lapangan KODAM. Di lapangan Kodam latihan di lakukan seminggu dua kali , karena Baraja tidak mempunyai donatur yang loyal kala itu, sehingga setiap latihan pemain di wajibkan bayar iuran Rp. 5.000.

Keunikan dari tim ini adalah mereka berlatih tidak menggunakan jasa pelatih dari internal atau external BARAJA , semua dari sistem latihan sampai strategi di atur oleh pemain Baraja sendiri yaitu Saudara Jaya dan Hadi.

Sedikit ungkapan dari mantan pemain Rantau Jakarta " aku awet pindah no bandung wes g ono latihan mane" . begitu ungkap Rozikin menggunakan logat jawanya. Dengan Kata lain Baraja sekarang tidak pernah latihan bersama.

image by Rozikin
Para pemain yang turut menyumbangkan tenaganya untuk BARAJA seperti : Ahmad Muin , Arif Saejo, Andik sakim (kiper) , ibadi , H. Ridwan , Rozikin, serta  Basuni itu semua pemain Veteran.

Dan pemain muda yang pernah membantu adalah  ,saudara  Hadi , rondli (iki wes tuo, hehe) , wanto (kiper) , fendi, su'udi , Jaya , Heru, Jarwo, Rozi Mursid , Rozi (brekele) , Rebo kliwon (Rekli) bin H. Masud, Romi, Agus & Har bin Madsuli , pipit & bandrio bin Marhaban, omen , wawan, ali , iyet dan lain - lain.
Tidak mau kalah  dari tim jatim FC yang memiliki trio Bin Mansur (Farid, nurh amid dan lukman) , di Baraja juga pernah di perkuat oleh , trio Bin Madsuli bersaudara yaitu , Agus , Har dan Ari bin Madsuli.

Waktu terus berlalu dan kompetisi terus digulir disetiap tahunnya, BARAJA terhitung sebagai tim raksasa seperti tim dari rantau bandung GARSELA sebagai  Rival BARAJA sampai saat ini. Dengan kerja keras para pemain di lapangan dan support dari pihak di belakang layar, Baraja beberapa kali menjuarai liga kepala desa cup , sejak kompetisi di adakan pada tahun 2001 silam , dan predikat juara 1 yang terakhir di sandang Baraja pada tahun 2013. (data prestasi nunggu update).

Terhitung tahun 2013 pula , Kepengurusan di serahkan kepada yang muda, dari H. Ridwan kepada Hadi dan kawan - kawan. dan H. Ridwan berjanji membantu dan mensuport dari belakang saja.

Sedikit ungkapan H. Ridwan di sela - sela kesibukannya "  BARAJA pernah mengalami masa- masa sulit dimana sulit mencari dana, mengumpulkan pemain pemain, tapi itu saya lakukan dengan senang hati karena saya peduli sekali dengan tim ini " .

"Sebenarnya banyak orang yang merantau di jakarta ini, tapi untuk yang peduli dengan sepakbola itu jarang sekali. Makanya ketika ada liga kami beserta teman - teman harus mencari dana untuk bisa ikut dalam liga". Tambah H. Ridwan warga RT 3 itu.
 
"Saya berharap BARAJA tetap eksis dan semangat mengikuti Liga Kepala Desa Cup  karena kemenangan tim ini merupakan suatu kebanggaan para perantau Jakarta. Dan saya berharap semoga liga kepala desa tetap berjalan karena ini merupakan wadah untuk mempererat tali persaudaraan antar warga perantauan dan warga yang ada di kampung." .. di akhir perbincangan admin dengan H. Ridwan.

Itulah sekilas tentang perjalanan BARAJA , semoga menjadi obat penasaran kita tentang perjalanan tim raksasa dari kota besar Jakarta. Semoga artikel perjalanan BARJA ini memberi manfaat bagi pengamat bola liga kepala desa cup, dan menjadi bahan bacaan bagi anak - anak muda sehingga menjadi sedikit gambaran sejarah liga kepala desa cup yang di gelar di desa kembangan setiap tahunnya. jika ada salah kata , salah penulisan tahun , salah dan kurang penulisan nama , mohon maaf sebesar - besarnya. Salam guyup . salam olahraga . 


Penulis : Hamba Allah SWT
Sumber : Rozikin dan H. Ridwan
Editor  : Hamba Allah SWT
Lainnya : Profil Club Linnya " klik "disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar