Siapa
yang tidak kenal istilah " ibu kota lebih kejam dari ibu tiri " . Kota
besar yang kompleks dari berbagai suku mewarnai di dalamnya. Jakarta
begitu keras melayani perantau yang mendatanginya. Meleng dikit, tas ,
Hp , Helm jadi ilang, begitu keras dan ganasnya ibu kota . Begitu pula
kepenatan di alami warga desa kembangan , merantau di kota yang memiliki
icon Monumen Nasional ( Monas ) yang menjulang tinggi , patung selamat
datang di bundaran HI dan temannya patung pancoran.
Untuk
mengisi kepenatan bekerja, anak rantau warga desa kembangan yang
pekerjaannya ( Dagang ), menghadapi konsumen yang kompleks, sehingga
mereka setiap hari minggu ngumpul di Monas . Awalnya mereka hanya
berenam (6) yaitu : Rozikin, Hadi , Ferdi Sutomo , Jarwo , Rodly , dan
bocah monco arek parengan. Dimonas mereka isi kegiatan dengan bermain
bola . Lambat laun mereka ( Anak - anak perantauan jakarta) satu
persatu mendengar adanya kumpul - kumpul di monas (bermain bola) ,
akhirnya ikut ngumpul dan merasakan keasikan bersama. Sumber tidak tahu
kapan tepatnya menjadi tim bola tetapi di akui secara de facto
terbentuklah tim bola saat itu.
|
Gambar pinjem Paman Google |
Memang waktu
itu Liga Kepala Desa Cup (LKDC) belum di selenggarakan, tetapi walau
tanpa adanya peraturan yang di buat secara khusus, anak - anak rantau
jakarta seperti di wajibkan ngumpul di Monas untuk sekedar hilangkan
penat dan sebagai rutinitas menyalurkan hobinya bermain bola. Kompak
guyup terbina disana tetapi saat itu belum juga di bentuk kepengurusan
dan juga Nama Club.
Dari
Kota Jakarta Bloking berpindah ke kampung halaman setting ada di Warung
kopi mbak sri / kolik. Berawal dari obrolan sehat dari Bapak Arji , dan
Bapak Sumardji perwakilan dari bandung, Bapak H. Ridwan dan Bapak Idris
Perwakilan dari jakarta. Mereka berbincang ringan berdiskusi ingin
mengadakan pertandingan sepak bola antara " Rantau Bandung " dan "
Rantau Jakarta" .
Mendengar akan di adakannya
pertandingan tersebut , " Rantau Jogja " , " Rantau Jatim " dan juga "
Arek Karang Taruna " tidak mau ketinggalan, mereka juga ingin ikut
berpartisipasi. Dan singkat cerita Pihak karang taruna sebagai tuan
rumah memutuskan membuat kompetisi untuk menjadi wadah pertandingan
antar rantau tersebut. Mungkin juga itu bisa di sebut sebagai awal dari
lahirnya tim rantau jakarta , dan sekaligus menjadi awal dari Liga
Kepala Desa Cup (LKDC) Pada tahun 2001.
Untuk
berpartisipasi di kompetisi, Bapak H. Ridwan harus mengumpulkan dan
mengakomodir para pemain yang di ambil dari luasnya kota jakarta untuk
di jadikan sebagai satu tim.
Waktu itu rantau jakarta
belum menggunakan nama Barisan Arek Rantau Jakarta (BARAJA) tetapi masih
menggunakan nama dadakan Jakarta FC. Dan setelah kompetisi berakhir ,
kompetisi yang di menangkan oleh tim Jatim FC saat itu. Para rantau
jakarta ngumpul - ngumpul lagi di Monas , Kumpul - kumpul yang
menghasilkan terbentuknya kepengurusan. H. Ridwan mengajukan diri
sebagai Ketua Pengurus dan dibantu Mad Muin , Ibadi serta Arip. Untuk
kordinator pemain di pegang saudara Rozikin ( Kentood) dan Hadi wilayah
jakarta pusat , Agus Simon Jakarta Selatan , Su' udi Jakarta Timur.
Kembali
ke nama kebanggaan rantau jakarta, berkali - kali mengalami perubahan
nama, dari Jakarta FC, berubah menjadi Persatuan Arek Rantau Jakarta
(PARJ), Namun tidak lama nama PARJ kembali diganti. Kata cak ibadi "
Namanya kurang luwes ", akhirnya saudara Rozikin mempunyai usul nama
PARJ di konvert menjadi BARAJA , tanpa perdebatan dan proses yang
panjang semua anggota tim menyetujuinya.
Berharap
menjadi tim terkuat, BARAJA berlatih keras di setiap latihannya. Tempat
latihan biasa di lakukan di monas, namun karena kerasnya jakarta,
peraturan daerah juga di rasa terlalu keras oleh anak - anak BARAJA ,
bagaimana tidak saat itu larangan bermain bola di kawasan monas oleh
Gubernur (Sutiyoso) menjadi ganjalan hebat latihan anak - anak berkostum
oren itu. Para pengurus memutar otak dan memerasnya dan akhirnya
mendapatkan media latihan kembali saat itu latihan diputuskan dipindah
ke lapangan KODAM. Di lapangan Kodam latihan di lakukan seminggu dua
kali , karena Baraja tidak mempunyai donatur yang loyal kala itu,
sehingga setiap latihan pemain di wajibkan bayar iuran Rp. 5.000.
Keunikan
dari tim ini adalah mereka berlatih tidak menggunakan jasa pelatih dari
internal atau external BARAJA , semua dari sistem latihan sampai
strategi di atur oleh pemain Baraja sendiri yaitu Saudara Jaya dan Hadi.
Sedikit ungkapan dari mantan pemain Rantau Jakarta "
aku
awet pindah no bandung wes g ono latihan mane" . begitu ungkap Rozikin
menggunakan logat jawanya. Dengan Kata lain Baraja sekarang tidak pernah
latihan bersama.
|
image by Rozikin |
Para pemain yang turut menyumbangkan tenaganya untuk
BARAJA seperti : Ahmad Muin , Arif Saejo, Andik sakim (kiper) , ibadi , H.
Ridwan , Rozikin, serta Basuni itu semua pemain Veteran.
Dan
pemain muda yang pernah membantu adalah ,saudara Hadi , rondli (iki
wes tuo, hehe) , wanto (kiper) , fendi, su'udi , Jaya , Heru, Jarwo,
Rozi Mursid , Rozi (brekele) , Rebo kliwon (Rekli) bin H. Masud, Romi,
Agus & Har bin Madsuli , pipit & bandrio bin Marhaban, omen ,
wawan, ali , iyet dan lain - lain.
Tidak
mau kalah dari tim jatim FC yang memiliki trio Bin Mansur (Farid, nurh
amid dan lukman) , di Baraja juga pernah di perkuat oleh , trio Bin Madsuli
bersaudara yaitu , Agus , Har dan Ari bin Madsuli.
Waktu
terus berlalu dan kompetisi terus digulir disetiap tahunnya, BARAJA
terhitung sebagai tim raksasa seperti tim dari rantau bandung GARSELA
sebagai Rival BARAJA sampai saat ini. Dengan kerja keras para pemain di lapangan
dan support dari pihak di belakang layar, Baraja
beberapa kali menjuarai liga kepala desa cup , sejak
kompetisi di adakan pada tahun 2001 silam , dan predikat juara 1 yang
terakhir di sandang Baraja pada tahun 2013. (data prestasi nunggu
update).
Terhitung
tahun 2013 pula , Kepengurusan di serahkan kepada yang muda, dari H.
Ridwan kepada Hadi dan kawan - kawan. dan H. Ridwan berjanji membantu
dan mensuport dari belakang saja.
Sedikit ungkapan H. Ridwan di sela - sela kesibukannya "
BARAJA pernah
mengalami masa- masa sulit dimana sulit mencari dana, mengumpulkan
pemain pemain, tapi itu saya lakukan dengan senang hati karena saya
peduli sekali dengan tim ini " .
"Sebenarnya banyak orang yang merantau di
jakarta ini, tapi untuk yang peduli dengan sepakbola itu jarang sekali.
Makanya ketika ada liga kami beserta teman - teman harus mencari dana
untuk bisa ikut dalam liga". Tambah H. Ridwan warga RT 3 itu.
"Saya
berharap BARAJA tetap
eksis dan semangat mengikuti Liga Kepala Desa Cup karena kemenangan tim
ini
merupakan suatu kebanggaan para perantau Jakarta. Dan saya berharap
semoga liga kepala desa tetap berjalan karena ini merupakan wadah untuk
mempererat tali persaudaraan antar warga perantauan dan warga yang ada
di kampung." .. di akhir perbincangan admin dengan H. Ridwan.
Itulah
sekilas tentang perjalanan BARAJA , semoga menjadi obat penasaran kita
tentang perjalanan tim raksasa dari kota besar Jakarta. Semoga artikel
perjalanan BARJA ini memberi manfaat bagi pengamat bola liga kepala desa
cup, dan menjadi bahan bacaan bagi anak - anak muda sehingga menjadi
sedikit gambaran sejarah liga kepala desa cup yang di gelar di desa
kembangan setiap tahunnya. jika ada salah kata , salah penulisan tahun ,
salah dan kurang penulisan nama , mohon maaf sebesar - besarnya. Salam
guyup . salam olahraga .